TOKOH SOSIOLOGI DUNIA
Rabu, 11 September 2013
0
komentar
Lahir di Jakarta, 3 Januari 1941, dilahirkan dengan nama Soe
Hok Djin, adalah seorang aktivis demonstran Angkatan '66 bersama dengan
adiknya, Soe Hok Gie. Pada waktu itu ia masih menjadi mahasiswa Fakultas
Psikologi Universitas Indonesia di Jakarta. Ayahnya seorang wartawan yang
bernama Soe Lie Piet.
Sejak masa mahasiswanya, Arief sudah aktif dalam kancah
politik Indonesia, karena ia ikut menandatangani Manifesto Kebudayaan pada
tahun 1963 yang menentang aktivitas LEKRA yang dianggap memasung kreativitas kaum
seniman.
Kendati ikut melahirkan Orde Baru, Arief bersikap sangat
kritis terhadap politik pemerintahan di bawah Soeharto yang memberangus oposisi
dan kemudian diperparah dengan praktik-praktik korupsinya. Pada pemilu 1973,
Arief dan kawan-kawannya mencetuskan apa yang disebut Golput atau Golongan
Putih, sebagai tandingan Golkar yang dianggap membelokkan cita-cita awal Orde
Baru untuk menciptakan pemerintahan yang demokratis.
Belakangan Arief "mengasingkan diri" di Harvard
dan mengambil gelar Ph.D. dalam ilmu sosiologi serta menulis disertasi tentang
keberhasilan pemerintahan sosialis Salvador Allende di Chili.
Kembali dari Harvard, Arief mengajar di UKSW (Universitas
Kristen Satya Wacana) di Salatiga. Ketika UKSW dilanda kemelut yang
berkepanjangan karena pemilihan rektor yang dianggap tidak adil, Arief
melakukan mogok mengajar, dipecat dan akhirnya hengkang ke Australia serta
menerima tawaran menjadi profesor di Universitas Melbourne.
Pada bulan Agustus 2006, beliau menerima penghargaan Bakrie
Award, acara tahunan yang disponsori oleh keluarga Bakrie dan Freedom Institute
untuk bidang penelitian sosial.
2.George Junus Aditjondro
lahir di Pekalongan, Jawa Tengah, 27 Mei 1946; Ia pernah
jadi wartawan untuk Tempo. Pada sekitar tahun 1994 dan 1995 nama Aditjondro
menjadi dikenal luas sebagai pengkritik pemerintahan Soeharto mengenai kasus
korupsi dan Timor Timur. Ia sempat harus meninggalkan Indonesia ke Australia
dari tahun 1995 hingga 2002 dan dicekal oleh rezim Soeharto pada Maret 1998. Di
Australia ia menjadi pengajar di Universitas Newcastle dalam bidang sosiologi.
Sebelumnya saat di Indonesia ia juga mengajar di Universitas Kristen Satya
Wacana.
Sepulangnya dari Australia, ia menulis beberapa buku
kontroversial yang dia rangkum dari internet, koran dan sumber-sumber lainnya.
Saat hendak menghadiri sebuah lokakarya di Thailand pada
November 2006, ia dicekal pihak imigrasi Thailand yang ternyata masih
menggunakan surat cekal yang dikeluarkan Soeharto pada tahun 1998.
Pada akhir bulan Desember 2009, saat peluncuran bukunya
Membongkar Gurita Cikeas, ia dituduh melakukan kekerasan terhadap Ramadhan
Pohan, seorang anggota DPR RI dari Partai Demokrat, yang kemudian melaporkan kejadian
tersebut kepada polisi. Beberapa lama setelah peluncuran bukunya terakhir,
Membongkar Gurita Cikeas: Di Balik Skandal Bank Century, Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono menyatakan keprihatinannya atas isi buku tersebut.Buku itu
sempat ditarik dari etalase toko walaupun pada saat itu belum ada keputusan
hukum terhadap peredaran buku itu
3.Gumilar Rusliwa Somantri
lahir di Tasikmalaya, 11 Maret 1963; dikenal sebagai seorang
sosiolog dan dosen di Universitas Indonesia. Ia ditunjuk sebagai rektor Universitas
Indonesia untuk masa jabatan 2007-2011.
Beliau menyelesaikan pendidikan S1 di Departemen Sosiologi,
FISIP-UI, pada Januari 1989, dan meraih gelar Doktor (Doktor der
Sozialwissenschaften) di Fakultas Sosiologi, Universitaet Bielefeld, Jerman
pada tahun 1995. Selain memiliki reputasi dalam karir intelektual yang
impresif, beliau memiliki kemampuan manajerial yang sangat baik terutama dalam
beberapa aspek: decisive leadership, entrepreneurial, team building dan
reformist). Pernah menjadi Dekan FISIP-UI (dua periode) sepanjang tahun
2002-2007. Pada tahun 2007 beliau terpilih menjadi Rektor UI periode 2007-2012
dalam usia 44 tahun dan mencatat sejarah sebagai Rektor UI termuda. Pengalaman
manajerial sebelumnya adalah pernah menjadi Sekretaris Majelis Wali Amanat
(2001-2002) dan Wakil Direktur Pusat Studi Jepang UI (1997-2003).
Pada tahun 2011, ia memberikan gelar Doktor HC kepada raja
arab, Abdullah. Keputusannya ini menuai kontroversi internal kampus.
4. Imam B. Prasodjo
lahir di Purwokerto, Jawa Tengah, 15 Februari 1960; Saat ini
ia menjadi dosen tetap fakultas ilmu sosial dan politik (FISIP) Universitas
Indonesia. Selain menjadi dosen, Prasodjo juga merupakan ketua dari Yayasan
Nurani Dunia, yaitu sebuah yayasan yang berkecimpung dalam bidang sosial dan
pendidikan bagi kalangan yang kurang mampu dari segi ekonomi.
Prasodjo merupakan lulusan dari Brown University, Rhode
Island, Amerika Serikat. Ia kerap kali muncul sebagai narasumber di berbagai
acara TV, maupun seminar yang diselenggarakan oleh universitas. Ia juga pernah
menjadi anggota Komisi Pemilihan Umum pusat masa bakti 1999-2004.
Prasodjo saat ini telah menikah dengan seorang wanita
bernama Gitayana Budiardjo
5. Manasse Malo
(Waingapu, Sumba Timur, 2 Mei 1941 - Waikabubak, 6 Januari
2007), adalah seorang sosiolog, pendidik, dan politikus Indonesia. Ia ikut
mendirikan Partai Demokrasi Kasih Bangsa dan pada 1999 terpilih menjadi anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, mewakili daerah pemilihan Kabupaten
Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur.
Manasse menempuh pendidikannya di SMP Kristen Rara di Sumba
Barat, dan kemudian melanjutkan ke SMA Kristen di Salatiga, lalu ke Sekolah
Tinggi Teologi Jakarta. Ia memperoleh kesempatan untuk memperdalam studinya di
Universitas Wisconsin, Madison, Wisconsin, Amerika Serikat, hingga memperoleh
gelar master pada 1972 dan doktor dalam ilmu sosiologi pada 1978.
Manasse meninggal dunia sekitar pk. 6.00 WITA di Waikabubak,
Sumba Barat. Menurut rencana ia akan ke Bali dan bergabung dengan keluarganya
di sana untuk menjadi wali dalam pernikahan keponakannya. Pada 5 Januari ia
terkena stroke, mengalami koma. Nyawanya tidak tertolong.
6. Mely Tan Giok Lan
Lahir di Jakarta, 11 Juni 1930 dengan nama Tan Giok Lan.
Sejak masa mudanya, ia bercita-cita menjadi Sinolog (ahli masalah Cina),
sehingga kemudian belajar di Fakultas Sastra Universitas Indonesia jurusan
Sinologi. Studi ini dirampungkannya pada 1959. Didorong oleh kegemaran bergaul
dan mengamati perilaku manusia, ia mengembangkan bidang studinya kepada
Sosiologi. Gelar MA diraihnya di Universitas Cornell, Ithaca Amerika Serikat
(1961), dan selanjutnya meraih gelar doktor dari University California, Berkeley,
Amerika Serikat (1968). Kesibukan yang dihadapinya masih ditambah dengan
aktivitasnya dalam sejumlah organisasi. Ia menjabat sekretaris umum Himpunan
Indonesia untuk Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial (1975-1979), anggota Panitia
Pengarah Task Force on Psychosocial Research in Family Planning WHO, Jenewa,
Swiss (sejak 1977), dan anggota redaksi majalah Masyarakat Indonesia dan
majalah Berita Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Beberapa karangannya adalah The
Chinese of Sukabumi (1963), The Chinese in the United States (1971), Social and
Cultural Determinants of Family Planning Services (1974), Golongan Etnis di
Indonesia: Suatu Masalah Pembinaan Kesehatan Bangsa (editor, 1979), dan
Ethnicity and Fertility in Indonesia (1985).
7. Mochtar Naim
lahir di Nagari Sungai Penuh, Kerinci, Jambi, 25 Desember
1932; merupakan antropolog dan sosiolog Indonesia. Selain sebagai sosiolog
ternama, Mochtar Naim tampil kemuka sebagai ahli Minangkabau. Dalam beberapa
seminar dan tulisan-tulisannya, Mochtar kerap membagi budaya Nusantara kepada
dua konsep aliran. Polarisasi budaya yang digambarkan Mochtar adalah konsep
budaya yang bercirikan sentrifugal yang diwakili oleh budaya M (Minangkabau),
berlawanan dengan konsep budaya sentripetal-sinkretis yang diwakili oleh budaya
J (Jawa).
Ia menamatkan studi sarjananya ke tiga universitas
sekaligus, Universitas Gadjah Mada, PTAIN, dan Universitas Islam Indonesia,
yang kesemuanya di Yogyakarta. Kemudian studi masternya dilanjutkan di
Universitas McGill, Montreal. Melengkapi jenjang pendidikannya, Mochtar
mengambil gelar PhD-nya di University of Singapore.
Mochtar tercatat sebagai pendiri Fakultas Sastra Universitas
Andalas, 1980, dan sejak itu ia menjadi dosen sosiologi universitas yang sama.
Sebelum itu ia pernah duduk sebagai Direktur Pusat Latihan Penelitian Ilmu-ilmu
Sosial Universitas Hasanuddin di Makassar, dan Direktur Center for Minangkabau
Studies, Padang.
8. Prof. Dr. Ir, Sajogyo
(lahir di Karanganyar, 21 Mei 1926
meninggal di Bogor, 17 Maret 2012 pada umur 85 tahun) adalah seorang pakar ilmu
sosiologi dan ekonomi yang juga sering dikenal sebagai "Bapak Sosiologi
Pedesaan" di Indonesia.
9. Selo Soemardjan
Kanjeng Pangeran Haryo Prof. Dr. Selo Soemardjan (lahir di
Yogyakarta, 23 Mei 1915 meninggal di Jakarta, 11 Juni
2003 pada umur 88 tahun) adalah seorang tokoh pendidikan dan pemerintahan
Indonesia.
10. Florian Witold Znaniecki
Florian Witold Znaniecki lahir di Swietniki, Prussia
(sekarang Polandia) dan wafat di Champaign,Amerika Serikat. Ia adalah sosiolog
Amerika-Polish yang teori dan metodologi kerjanya menjadikan sosiologi sebagai
disiplin ilmu. Ia mempelopori bidang penyelidikan empiris dan sebagai penulis
Kebudayaan Polish.
11. Peter Ludwig Berger
Peter Ludwig Berger lahir pada tanggal 17 Maert 1929. Ia
adalah seorang sosiolog dan teolog Amerika yang terkenal berkat karyanya Th s
.. Be Social Contruction Of Reality: A treatise in the socilogy of
knowledge yang di tulisnya bersama
Thomas Luckmann. Masalah yang dikaji Peter L. Berger adalah hubungan antara
masyarakat dengan Individu. Di dalam bukunya, ia mengembangkan sebuah teori
sosiologis : Masyarakat sebagai Realitas Objektif dan Subjektif. Analisanya
masyarakat sebagai realitas subjektif mempelajari bagaimana realitas telah
menghasilkan dan terus menghasilkan individu. Ia menulis tentang bagaimana
konsep-konsep atau penemuan-penemuan baru manusia menjadi bagian dari realitas
kita. Proses ini disebutnya reifikasi.
12. Karl Max
Karl Heinrich Marx lahir di Trier, Jerman pada tanggal 5 mei
1818. Ia adalah seorang filsuf, pakar ekonomi politik, dan teori kemsyarakatan
dari Prusia. Walaupun Karl Marx menulis tentang banayak hal semasa hidupnya, ia
paling terkenal atas analisanya terhadap sejarah, terutama mengenai
pertentangan kelas, yang dapat diringkas sebagai “sejarah dari berbagai
mesyarakat hingga saat ini pada dasarnya adalah sejarah tentang pertentangan
kelas”, sebagaimana yang tertulis dalam kalimat pembuka dari karya “Communist
Manifesto” pada tahun 1848.
13. Aguste Comte
Comte lahir di Montpellier, sebuah kota kecil di bagian
barat daya dari negara Perancis. Setelah bersekolah disana, ia melanjutkan
pendidikannya di Politeknik École di Paris. Politeknik École saat itu terkenal
dengan kesetiaannya kepada idealis republikanisme dan filosofi proses. Pada
tahun 1818, politeknik tersebut ditutup untuk re-organisasi. Comte pun
meninggalkan École dan melanjutkan pendidikannya di sekolah kedokteran di
Montpellier. Comte biasanya dihormati ketika lebih dulu Sarjana sosiologi barat
( Ibn Khaldun setelah didahului dia di (dalam) Timur dengan hampir empat
berabad-abad). Penekanan Comte’s pada saling behubungan tentang unsur-unsur
sosial adalah suatu pertanda modern
functionalism, unsur-unsur tertentu dari pekerjaan nya kini dipandang sebagai
tak ilmiah dan eksentrik, dan visi agung sosiologi nya sebagai benda hiasan di tengah meja dari semua ilmu
pengetahuan belum mengakar.
Penekanan nya pada suatu kwantitatif, mathematical basis
untuk pengambilan keputusan tinggal dengan kita hari ini. ini merupakan suatu
pondasi bagi dugaan Paham positifisme yang modern, analisa statistik
kwantitatif modern, dan pengambilan keputusan bisnis. Uraian nya hubungan
siklis yang berlanjut antar teori dan praktik dilihat di sistem bisnis modern
Total Manajemen Berkwalitas dan Peningkatan Mutu Berlanjut di mana advokat
menguraikan suatu siklus teori [yang] berlanjut dan praktik melalui/sampai
four-part siklus rencana,, cek, dan bertindak. Di samping pembelaan analisis
kuantitatif nya, Comte lihat suatu batas dalam kemampuan nya untuk membantu
menjelaskan gejala sosial. Nah untuk teman-teman ketahui Aguste Comte ini
sering juga di sebut Bapak Sosiologi Dunia.
14. Ibnu Kaldun
Ibnu Khaldun lahir di Tunisia, Afrika Utara, 27 Mei 1332
(Faghirzaedah 1982). Lahir dari keluarga terpelajar, Ibnu Khaldun dimasukkan ke
sekolah Al-Quran, kemudian mempelajari matematika dan sejarah. Semasa hidupnya
ia membantu berbagai sultan di Tunisia, Maroko, Spanyol, dan Aljazair sebagai
data besar, bendaharawan dan anggota dengan dewan penasehat sultan. Ia pun
pernah dipenjarakan selama 2 tahun di Maroko karena keyakinannya bahwa penguasa
negara bukanlah pemimpin yang mendapatkan kekuasaan dari Tuhan. Setelah kurang
lebih dua dekade aktif di bidang politik, Ibnu Khaldun kembali ke Afrika Utara.
Ia melakukan studi ilmiah tentang masyarakat, riset empiris, dan meneliti
sebab-sebab fenomena sosial. Ia memusatkan perhatian pada berbagai lembaga
sosial (misalnya lembaga politik dan ekonomi) dan hubungan antara lembaga
sosial itu. Ia juga tertarik untuk melakukan studi perbandingan antara
masyarakat primitif dan masyarakat modern. Ibnu Khaldun tak berpengaruh secara
dramatis terhadap sosiologi klasik, tetapi setelah sarjana pada umumnya dan
sarjana muslim khususnya meneliti ulang karyanya, ia mulai diakui sebagai
sejarawan yang mempunyai signifikansi historis.
15. Selo Soemardjan
ini special saya persembahkan untuk pembaca semua, yah. Selo
Soemardjan merupakan salah satu sosok paling berpengaruh dalam perkembangan
ilmu yang mempelajari masyarakat dan sekitarnya.
Penerima Bintang Mahaputra Utama dari pemerintah ini adalah
pendiri sekaligus dekan pertama Fakultas Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan (kini
FISIP-UI) dan sampai akhir hayatnya dengan setia menjadi dosen sosiologi di
Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI). Ia dikenal sangat disiplin dan
selalu memberi teladan konkret. Ia ilmuwan yang meninggalkan banyak bekal ilmu
pengetahuan. Sebetulnya ia sudah purnatugas di Universitas Indonesia (UI).
Tapi, karena masih dibutuhkan, ia tetap mengajar dengan semangat tinggi. Ia
memang seorang sosok berintegritas, punya komitmen sosial yang tinggi dan sulit
untuk diam.
Ia seorang dari sedikit orang yang sangat pantas menyerukan
hentikan praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Pantas karena ia bukan
tipe maling teriak maling. Ia orang orang bersih yang dengan perangkat ilmu dan
keteladanannya bisa menunjukkan bahwa praktik KKN itu merusak tatanan sosial. Ia
pantas menjadi teladan kaum birokrat karena etos kerjanya yang tinggi dalam
mengabdi kepada masyarakat. Selama hidupnya, Selo pernah berkarier sebagai
pegawai Kesultanan/Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta, Kepala Staf Sipil
Gubernur Militer Jakarta Raya, dan Kepala Sekretariat Staf Keamanan Kabinet
Perdana Menteri, Kepala Biro III Sekretariat Negara merangkap Sekretaris Umum
Badan Pemeriksa Keuangan, Sekretaris Wakil Presiden RI Sultan Hamengku Buwono
IX (1973-1978), Asisten Wakil Presiden Urusan Kesejahteraan Rakyat (1978-1983)
dan staf ahli Presiden HM Soeharto. Ia dikenal sebagai Bapak Sosiologi
Indonesia setelah tahun 1959 — seusai meraih gelar doktornya di Cornell
University, AS — mengajar sosiologi di Universitas Indonesia (UI). Dialah
pendiri sekaligus dekan pertama (10 tahun) Fakultas Ilmu Pengetahuan
Kemasyarakatan (sekarang FISIP) UI. Kemudian tanggal 17 Agustus 1994, ia
menerima Bintang Mahaputra Utama dari pemerintah dan pada tanggal 30 Agustus
menerima gelar ilmuwan utama sosiologi.
Menurut putra sulungnya, Hastjarjo, Selo suka main. “Setiap hari selalu
memainkan tubuhnya berolahraga senam. Karena terkesan lucu, cucu-cucu
menganggap bapak sedang bermain-main dengan tubuhnya,” tambahnya.
Sebagai ilmuwan, karya Selo yang sudah dipublikasikan adalah
Social Changes in Yogyakarta (1962) dan Gerakan 10 Mei 1963 di Sukabumi (1963).
Penelitian terakhir Selo berjudul Desentralisasi Pemerintahan. Terakhir ia
menerima Anugerah Hamengku Buwono (HB) IX dari Universitas Gadjah Mada (UGM)
pada puncak peringatan Dies Natalis Ke-52 UGM tanggal 19 Januari 2002
diwujudkan dalam bentuk piagam, lencana, dan sejumlah uang.
16. Pierre Guillaurne
Frederic Le Play
Le Play, seorang Perancis, adalah salah seorang ahli ilmu
pengetahuan kemasyarakatan terkemuka
abad ke-19. Dia berhasil mengenalkan suatu metode tertentu di dalam meneliti
dan menganalis gejala-gejala sosial yaitu dengan jalan mengadakan observasi
terhadap fakta-fakta sosial dan analisis induktif. Kemudian dia juga
menggunakan metode case study dalam penelitian-penelitian sosial.
Penelitian-penelitiannya terhadap masyarakat menghasilkan
dalil bahwa lingkungan geografis menentukan jenis pekerjaan, dan hal ini
mempengaruhi organisasi ekonomi, keluarga serta lembaga-lembaga lainnya.
Keluarga merupakan objek utama dalam penyelidikan. Dia berkeyakinan bahwa
anggaran belanja suatu keluarga merupakan ukuran kuantitatif bagi kehidupan
keluarga sekaligus menunjukkan kepentingan keluarga tersebut. Akhirnya
dikatakan bahwa organisasi sosial keluarga sepenuhnya terikat pada anggaran
keluarga tersebut. Karya-karyanya yang telah diterbitkan antara lain European
Workers (1855), Social Reform in France (1864), The Organization of the Family
(1871), dan The Organization of Labor (1872).
dan, itulah beberapa para sosiolog dan teriolog yang sangat
berkompeten dalam permasalahan mayrakat dan saya berharap akan ada para
sosiolog dan teriolog baru yang lebih
berkompeten demi menjaga dan kearifan hidup manusia.
17.Emile Durkheim
Prancis (1859-1917)
Untuk menjelaskan tentang masyarakat, Durkheim (1859-1917)
berbicara mengenaikesadaran kolektif sebagai kekuatan moral yang mengikat
individu pada suatu masyarakat. Melalui karyanya The Division of Labor in
Society (1893). Durkheim mengambil pendekatan kolektivis (solidaritas) terhadap
pemahaman yang membuat masyarakat bisa dikatakan primitif atau modern.
Solidaritas itu berbentuk nilai-nilai, adat-istiadat, dan kepercayaan yang dianut
bersama dalam ikatan kolektif. Masyarakat primitif/sederhana dipersatukan oleh
ikatan moral yang kuat, memiliki hubungan yang jalin-menjalin sehingga
dikatakan memiliki Solidaritas Mekanik.Sedangkan pada masyarakat yang
kompleks/modern, kekuatan kesadaran kolektif itu telah menurun karena terikat
oleh pembagian kerja yang ruwet dan saling menggantung atau disebut memiliki
Solidaritas Organik .
Selanjutnya dalam karyanya yang lain The Role of
Sociological Method (1895), Durkheim membuktikan cara kerja yang disebut Fakta
Sosial, yaitu fakta-fakta dari luar individu yang mengontrol individu untuk
berpikir dan bertindak dan memiliki daya paksa. Ini berarti struktur-struktur
tertentu dalam masyarakat sangatlah kuat, sehingga dapat mengontrol tindakan
individu dan dapat dipelajari secara objektif, seperti halnya ilmu alam. Fakta
sosial terbagi menjadi dua bagian, material (birokrasi dan hukum) dan
nonmaterial (kultur dan lembaga sosial).
18.Herbert Spencer
Inggris (1820-1903)
Herbert Spencer (1820-1903) menganjurkan Teori Evolusi untuk
menjelaskan perkembangan sosial. Logika argumen ini adalah bahwa masyarakat
berevolusi dari bentuk yang lebih rendah (barbar) ke bentuk yang lebih tinggi
(beradab). Ia berpendapat bahwa institusi sosial sebagaimana tumbuhan dan
binatang, mampu beradaptasi terhadap lingkungan sosialnya. Dengan berlalunya
generasi, anggota masyarakat yang mampu dan cerdas dapat bertahan. Dengan kata
lain “Yang layak akan bertahan hidup, sedangkan yang tak layak akhirnya punah”.
Konsep ini diistilahkan survival of the fittest. Ungkapan ini sering dikaitkan
dengan model evolusi dari rekan sejamannya yaitu Charles Darwin. Oleh karena
itu teori tentang evolusi masyarakat ini juga sering dikenal dengan
namaDarwinisme Sosial.
Melalui teori evolusi dan pandangan liberalnya itu, Spencer
sangat poluler di kalangan para penguasa yang menentang reformasi. Spencer
setuju terhadap doktrin laissez-faire dengan mengatakan bahwa negara tak harus
mencampuri persoalan individual kecuali fungsi pasif melindungi rakyat. Ia
ingin kehidupan sosial berkembang bebas tanpa kontrol eksternal. Spencer
menganggap bahwa masyarakat itu alamiah, dan ketidakadilan serta kemiskinan itu
juga alamiah, karena itu kesejahteraan sosial dianggap percuma. Meski pandangan
itu banyak ditentang, namun Darwinisme Sosial sampai sekarang masih terus hidup
dalam tulisan-tulisan populer.
19.Max Weber
Max Weber (1864-1920) tidak sependapat dengan Marx yang
menyatakan bahwa ekonomi merupakan kekuatan pokok perubahan sosial. Melalui
karyanya, Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme, Weber menyatakan bahwa
kebangkitan pandangan religius tertentu– dalam hal ini Protestanisme– yang
membawa masyarakat pada perkembangan kapitalisme. Kaum Protestan dengan tradisi
Kalvinis menyimpulkan bahwa kesuksesan finansial merupakan tanda utama bahwa
Tuhan berada di pihak mereka. Untuk mendapatkan tanda ini, mereka menjalani
kehidupan yang hemat, menabung, dan menginvestasikan surplusnya agar mendapat
modal lebih banyak lagi.
Pandangan lain yang disampaikan Weber adalah tentang
bagaimana perilaku individu dapat mempengaruhi masyarakat secara luas. Inilah
yang disebut sebagai memahami Tindakan Sosial. Menurut Weber, tindakan sosial
dapat dipahami dengan memahami niat, ide, nilai, dan kepercayaan sebagai
motivasi sosial. Pendekatan ini disebut verstehen(pemahaman).
Weber juga mengkaji tentang rasionalisasi. Menurut Weber,
peradaban Barat adalah semangat Barat yang rasional dalam sikap hidup. Rasional
menjelma menjadi operasional (berpikir sistemik langkah demi langkah).
Rasionalisasi adalah proses yang menjadikan setiap bagian kecil masyarakat
terorganisir, profesional, dan birokratif. Meski akhirnya Weber prihatin betapa
intervensi negara terhadap kehidupan warga kian hari kian besar.
Dalam karyanya yang terkenal lainnya, Politik sebagai
Panggilan, Weber mendefinisikan negara sebagai sebuah lembaga yang memiliki
monopoli dalam penggunaan kekuatan fisik secara sah, sebuah definisi yang
menjadi penting dalam studi tentang ilmu politik.
20.George Simmel
Jerman (1858-1919)
Georg Simmel (1858-1919) sangat terkenal karena karyanya
yang spesifik tentang tindakan dan interaksi individual, seperti bentuk-bentuk
interaksi, tipe-tipe orang berinteraksi, kemiskinan, pelacuran, dan
masalah-masalah berskala kecil lainnya. Karya-karya Simmel ini nantinya menjadi
rujukan tokoh-tokoh sosiologi di Amerika.
Karya yang terkenal dari Simmel adalah tentang Filsafat
Uang. Simmel sebagai sosiolog cenderung bersikap menentang terhadap modernisasi
dan sering disebut bervisi pesimistik. Pandangannya sering disebut Pesimisme
Budaya. Menurut Simmel, modernisasi telah menciptakan manusia tanpa kualitas
karena manusia terjebak dalam rasionalitasnya sendiri. Sebagai contoh, begitu
teknologi industri sudah mulai canggih, maka keterampilan dan kemampuan tenaga
kerja secara individual makin kurang penting. Bisa jadi semakin modern
teknologi, maka kemampuan tenaga individu makin merosot bahkan cenderung malas.
Di sisi lain, gejala monetisasi di berbagai faktor kehidupan
telah membelenggu masyarakat terutama dalam hal pembekuan kreativitas orang,
bahkan mampu mengubah kesadaran. Mengapa? Uang secara ideal memang alat
pembayaraan, tetapi karena kekuatannya, uang menjadi sarana pembebasan manusia
atas manusia. Artinya uang sudah tidak dipahami sebagai fungsi alat, tetapi
sebagai tujuan. Kekuatan kuantitatifnya telah mampu mengukur berbagai jarak
sosial yang membentang antar individu, seperti cinta, tanggung jawab, dan
bahkan mampu membebaskan atas kewajiban dan hukuman sosial. Barang siapa
memiliki uang dialah yang memiliki kekuatan.
21.Ferdinand Tonnies
Jerman (1855-1936)
Ferdinand Tonnies (1855-1936) mengkaji bentuk-bentuk dan
pola-pola ikatan sosial dan organisasi sehingga menghasilkan klasifikasi
sosial. Menurut Tonnies, masyarakat itu bersifat gemeinschaft
(komunitas/paguyuban) atau gesselschaft (asosiasi/ patembayan).
Masyarakat gemeinschaft adalah masyarakat yang mempunyai
hubungan sosial tertutup, pribadi, dan dihargai oleh para anggotanya, yang
didasari atas hubungan kekeluargaan dan kepatuhan sosial. Komunitas seperti ini
merupakan tipikal masyarakat pra-industri atau masyarakat pedesaan. Sedangkan
pada masyarakat gesselschaft, hubungan kekeluargaan telah memudar, hubungan
sosial cenderung impersonal dengan pembagian kerja yang rumit. Bentuk seperti ini
terdapat pada masyarakat industri atau masyarakat perkotaan. Tema dasar Tonnies
adalah hilangnya komunitas dan bangkitnya impersonalitas. Ini menjadi penting
dalam kajian tentang masyarakat perkotaan.
22.Antonio Gramsci
Italia (1891-1937)
Antonio Gramsci (1891-1937), seorang sosiolog Italia adalah
seorang pemikir kunci dalam pendefinisian ulang perdebatan mengenai kelas dan
kekuasaan. Konsepnya tentang Hegemoni menjadi diskusi tentang kompleksitas
masyarakat modern. Gramsci menyatakan bahwa kaum Borjuis berkuasa bukan karena
paksaan, melainkan juga dengan persetujuan, membentuk aliansi politik dengan
kelompok-kelompok lain dan bekerja secara ideologis untuk mendominasi
masyarakat. Dengan kata lain, masyarakat berada dalam keadaan tegang terus-menerus.
Ide mengenai hegemoni (memenangkan kekuasaan berdasarkan
persetujuan masyarakat) sangat menarik karena pada kenyataannya individu selalu
bereaksi terhadap dan mendefinisi ulang masyarakat dan kebudayaan tempat mereka
berada. Ide-ide Gramsci selanjutnya banyak berpengaruh pada studi kebudayaan
dan budaya populer.
23.Jurgen Habermas
Jerman, 1929
Setelah tahun 1960-an, sosiologi makin menyadari pentingnya
faktor kebudayaan dan komunikasi dalam menganalisis masyarakat. Jurgen Habermas
(1929- ) menggabungkan kesadaran baru dengan Mazhab Frankfurt. Habermas
membicarakan komunikasi rasional dan kemungkinan keberadaannya dalam masyarakat
kapitalis. Dalam karyanya The Theory of Communicative Action (1981), Habermas
mengemukakan analisis kompleks tentang masyarakat kapitalis dan cara-cara yang
mungkin untuk melawan melalui emansipasi komunikatif dan moral.
24.Herbert Marcuse
Jerman (1898-1979)
Herbert Marcuse (1898-1979) merupakan anggota Mazhab
Frankfurt yang setengah hati. Menjadi terkenal selama tahun 1960-an karena
dukungannya terhadap gerakan radikal dan anti-kemapanan. Dia pernah dijuluki
“kakek terorisme”, merujuk pada kritiknya tentang masyarakat kapitalis, One
Dimensional Man (1964) yang berargumen bahwa kapitalisme menciptakan
kebutuhan-kebutuhan palsu, kesadaran palsu, dan budaya massa yang memperbudak
kelas pekerja.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: TOKOH SOSIOLOGI DUNIA
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://teknonet33.blogspot.com/2013/09/tokoh-sosiologi-dunia.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Posting Komentar